Lombok menawarkan keindahan yang sangat berkesan dan tidak terbantahkan. Lombok memiliki panorama alam seperti pantai dan gunung yang sangat indah. Baru-baru ini juga Lombok dinobatkan sebagai tujuan wisata halal terbaik di dunia.
Bagi para traveller yang sedang berlibur ke Lombok, jangan sampai terlewat untuk mengunjungi perkampungan suku asli Lombok, yaitu Suku Sasak di Desa Sade. Desa Sade berjarak 30 Km dari Kota Mataram dan tempatnya sangat mudah ditemukan karena tepat berada di pinggir jalan raya Praya – Kuta.
Tiba di perkampungan Suku Sasak, kita langsung dijamu oleh lokal tour guide. Mereka akan menjelaskan secara rinci tentang sejarah suku sasak. Untuk dapat menikmati suasana perkampungan suku asli ini, pengunjung hanya membayar uang sumbangan seikhlasnya untuk masyarakat suku sasak.
Menurut tour guide yang menemani saya, Salim, di Desa Sasak hanya dihuni oleh 150 kepala keluarga saja, karena untuk menjaga kelestarian di perkampungan ini, dan sisanya tinggal di luar perkampungan ini. Suku sasak saat ini adalah merupakan keturunan generasi ke enam belas dari leluhur mereka terdahulu.
Ada yang menarik saat berkunjung di sini, di perkampungan Sade ada sebuah istilah 'kawin lari'. Kawin lari yang dimaksud adalah jika seorang laki-laki menyukai seorang perempuan suku sasak dan diantara keduanya saling suka, maka si laki-laki berhak membawa lari si perempuan tersebut ke kerabat laki-laki dan si perempuan diinapkan di rumah kerabatnya.
Kemudian esok harinya, Si laki-laki dan keluarganya akan melamar si keluarga gadis untuk dinikahkan. Pada umumnya laki-laki di sini diharuskan menikahi perempuan dari suku sasak sendiri. Menurut Salim, mahar yang digunakan sangat terjangkau hanya uang sebesar Rp 100 ribu-Rp 500 ribu dan seperangkat alat solat.
Perkampungan di Desa Sade sendiri masih sangat tradisional. Rumah di Desa Sade berbentuk persegi, tidak berjendela, dan hanya memiliki satu pintu. Atap rumah di sini masih menggunakan jerami yang sudah dikeringkan dan biasanya jerami tesebut bertahan selama 5 bulan, kemudian setelah lima bulan, penduduk akan menggantinya dengan jerami yang baru.
Dulunya ketika membangun rumah, masyarakat Suku Sasak menggunakan kotoran kerbau untuk melekatkan batu. Bahkan sampai sekarang pun, mereka masih menggunakan kotoran sapi atau kerbau untuk mengepel rumah mereka. Memang terdengar aneh ketika pertama kali mendengarnya, namun saat saya masuk ke dalam rumah, tidak tercium bau kotoran apapun.
Ruangan di rumah tradisional suku sasak terdiri dari dua sampai tiga ruangan. Pada bagian paling atas, ruangan ini diperuntukan untuk seorang gadis saja dan di sebelahnya terdapat dapur. Dapur di sini masih menggunakan tungku dan kayu bakar untuk memasak. Di ruangan yang kedua biasanya ditempati oleh orang tua dan anak laki-laki.
Mata pencaharian masyarakat Suku Sasak adalah bertani dan penenun kain. Pada umumnya kaum laki-laki hampir semua adalah para petani dan kaum perempuannya bekerja di rumah sebagai penenun kain dan menjual kain tersebut kepada wisatawan. Saat menenun, mereka masih menggunakan alat tenun yang tradisional yang berupa Berire.
Berire merupakan sebuah alat yang berfungsi untuk menenun yang berupa batang panjang berbentuk piph dan agak lancip diujungnya. Ujung berire tersebut dikondisikan agar memudahkan penenun untuk memasukan dan mengeluarkan alat tersebut ke dalam pakan benang yang sedang ditenun.
Alat ini berfungsi memberikan celah saat penenun memasukan pengiring yang berisi benang. Bahkan pembuatannya pun masih sangat tradisional dan dibutuhkan waktu 1-2 bulan untuk dapat menenun sebuah kain ikat yang cantik.
Siapa yang tidak mengenal kain ikat khas Lombok, baru-baru ini salah seorang designer dari Indonesia, Dian Pelangi memamerkan hasil karyanya kain ikat khas Lombok di New York, Amerika beberapa waktu silam.
Mengunjungi perkampungan Suku Sasak di Desa Sade memberikan pengalaman yang berharga untuk kita agar mencintai dan melestarikan kebudayaan ini. Peran pemerintah dan pihak swasta sangat dibutuhkan untuk dapat mempromosikan perkampungan ini agar terkenal di mancanegara.
Subscribe by Email
Follow Updates Articles from This Blog via Email
No Comments